Sumber: Cointelegraph | Editor: Bimo Kresnomurti
KONTAN.CO.ID - Mengenal apa itu Crypto Bubble yang perlu diketahui investor. Fenomena perubahan harga aset Kripto yang mencapai rekor mencatatkan beberapa catatan sejarah baik positif maupun negatif.
Fenomena ini kemudian disebut sebagai crypto bubble atau gelembung kripto. Fenomena ini terjadi ketika harga aset kripto naik secara tidak wajar dan sangat cepat, jauh melampaui nilai fundamental atau kegunaan sebenarnya.
Kenaikan ini biasanya didorong oleh spekulasi berlebihan, euforia pasar, dan perilaku ikut-ikutan FOMO atau Fear of Missing Out dari para investor.
Baca Juga: Cek 5 Top Gainers dan Losers Altcoin Selasa (28/10): Koin Trump Naik Hampir 10%
Fenomena Crypto Bubble
Fenomena gelembung kripto sering kali diawali oleh munculnya narasi besar atau tren baru yang menarik perhatian publik, misalnya peluncuran Bitcoin pada 2017, hype NFT pada 2021, atau memecoin seperti Dogecoin dan Shiba Inu.
Ketika berita positif dan potensi keuntungan besar menyebar, banyak investor baru masuk pasar tanpa memahami risiko. Permintaan meningkat tajam, sehingga harga melonjak drastis dalam waktu singkat.
Namun, kenaikan ini tidak selalu sejalan dengan nilai sebenarnya dari proyek kripto tersebut. Saat minat pasar menurun, investor mulai menjual asetnya secara besar-besaran. Akibatnya, harga anjlok tajam, dan gelembung pun pecah banyak orang kehilangan sebagian besar modalnya.
Baca Juga: Cek Top Gainers dan Losers Altcoin Jumat (24/10): Succinct Naik Hampir 25%
Ciri-Ciri Crypto Bubble
- Kenaikan harga ekstrem dalam waktu singkat tanpa dasar teknologi atau utilitas yang jelas.
- FOMO (takut ketinggalan) yang membuat orang membeli hanya karena tren.
- Media hype dan promosi besar-besaran dari influencer atau selebritas.
- Nilai pasar jauh melebihi nilai wajar (overvalued).
- Koreksi besar yang tiba-tiba, diikuti dengan kepanikan jual (panic sell).
Puncak Crypto Bubble
Melansir dari laman CoinTelegraph, terjadinya gelembung kripto (crypto bubble) mencapai puncaknya sekitar tahun 2018, ketika kapitalisasi pasar seluruh mata uang kripto melonjak tajam.
Pada saat itu, total kapitalisasi pasar kripto sempat mencapai sekitar 800 miliar dolar AS, meskipun banyak pihak berpendapat bahwa sangat sulit menentukan nilai intrinsik yang sebenarnya dari aset kripto.
Tuduhan adanya gelembung kripto sering kali didasari oleh pandangan bahwa tujuan utama mata uang kripto hanyalah untuk spekulasi.
Baca Juga: Mulai Rp 10.000, Cek Panduan Daftar dan Investasi Bitcoin di Indodax untuk Pemula
Para skeptis menunjuk pada rendahnya tingkat adopsi mata uang kripto seperti Bitcoin dalam ekonomi nyata misalnya, masih sangat sulit membeli makanan di restoran atau membayar sebagian besar layanan dengan Bitcoin.
Namun, aplikasi dan kasus penggunaan (use case) dari mata uang kripto terus berkembang setiap hari.
Para pendukung kripto meyakini bahwa teknologi blockchain dan token terkaitnya akan segera membuktikan nilai nyatanya. Contoh paling jelas adalah Ethereum, yang tidak hanya berfungsi sebagai mata uang penyimpan nilai, tetapi juga menjadi fondasi bagi ekosistem layanan keuangan dan komputasi terdesentralisasi (decentralized finance / DeFi).
Kebangkitan DeFi dianggap oleh banyak pihak sebagai bukti nyata dari kegunaan kripto. Para pendukung DeFi memanfaatkan teknologi blockchain untuk membangun alternatif terhadap produk keuangan tradisional, seperti pinjaman dan asuransi, yang beroperasi tanpa lembaga keuangan perantara.
Baca Juga: 5 Top Gainers dan Losers Altcoin Hari Rabu Siang (22/10): Clearpool Naik hingga 65%
Peristiwa Penting hingga kini
- Bitcoin 2017: Harganya naik dari sekitar USD 1.000 ke hampir USD 20.000, lalu anjlok lebih dari 80% pada 2018.
- NFT Boom 2021: Banyak aset digital dijual jutaan dolar, tetapi kemudian pasar menurun drastis pada 2022.
- Memecoin Mania: Dogecoin dan Shiba Inu sempat naik ribuan persen hanya karena sentimen publik dan dukungan figur terkenal seperti Elon Musk.
Crypto bubble menggambarkan sisi emosional dan spekulatif dari pasar aset digital. Meski bisa memberikan keuntungan besar bagi sebagian orang dalam jangka pendek, gelembung ini juga membawa risiko kerugian besar bagi yang tidak siap.
Karena itu, investasi di kripto sebaiknya dilakukan dengan riset matang, kesadaran risiko tinggi, dan pandangan jangka panjang.
Tonton: Jokowi Pilih Tempati Rumah Lama, Rumah Pensiun Hanya Dijadikan Tempat Pertemuan
Selanjutnya: Newport Marine Services (BOAT) Cetak Kinerja Moncer per Kuartal III-2025
Menarik Dibaca: Musim Hujan Tiba, Ketahui 5 Tips Ampuh Mencegah Ular Masuk Rumah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












